Pages

Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Sampolakosa)


Formasi Sampolakosa disusun oleh batuan napal, berlapis tebal sampai masif, dijumpai sisipan kalkarenit pada bagian tengah dan atas formasi dengan kandungan fosil Foraminifera pada formasi ini sangat melimpah. Smith (1983) melaporkan bahwa Formasi Sampolakosa disusun oleh batukapur berwarna putih kekuningan sampai abu-abu dan napal yang mengandung banyak sekali foraminifera planktonik. Kandungan dari fosil foraminifera planktonik terdiri dari Globorotalia plesiotumida, Globorotalia acostaensis, Globorotalia multicamerata, Globoquadrina altispira, Sphaeroidinellopsis subdehiscens, Sphaeroidinellopsis seminulina (Sikumbang dan Sanyoto, 1981). Umur formasi ini adalah Pliosen (Hetzel, 1938), N18 – N21 (Wiryosuyono dan Hainim, 1975), akhir Miosen sampai akhir Pliosen (Sikumbang dan Sanyoto, 1981), N16/N17 – N21 (Smith, 1983).


Sphaeroidinellopsis seminulina
Globorotalia plesiotumida (depan)
Globorotalia plesiotumida (samping)
Globorotalia plesiotumida (belakang)

Formasi Sampolakosa diendapkan pada lingkungan neritik – basial (Sikumbang dan Sanyoto, 1981), neritik luar –batial bawah (Soeka dkk., 1983), neritik luar – abisal (Smith, 1983), basial tengah – bawah (Van Marle dkk., 1989). Smith (1983) melaporkan adanya chalk dari Fomasi Sampolakosa yang berumur N19/N20 dengan lingkungan pengendapan abisal. Rembesan minyak dan aspal ditemukan pada satuan ini di kampung Kabungka, Pasarwajo, dan Lasalimu (Sikumbang dan Sanyoto, 1981).

Berdasarkan data umur dan lingkungan pengendapan yang beragam ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan umur Formasi Sampolakosa adalah N16/N17 – N21 dengan lingkungan pengendapan neritik hingga abisal, dengan puncak genang laut terjadi pada N19/N20 (Soeka dkk.,1998).



Artikel terkait:
1. Stratigrafi Regional Pulau Buton
2. Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Wapulaka)
3. Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Tondo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar