Pages

Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Wapulaka)


Formasi Wapulaka berumur Kuarter disusun oleh batugamping terumbu, ganggang, dan koral, memperlihatkan undak-undak pantai purba dan topografi kars terdapat hampir pada seluruh pantai Pulau Buton bagian selatan dan tengah), endapan hancuran terumbu, batukapur, batugamping pasiran, batupasir gampingan, batulempung, dan napal kaya Foraminifera plankton. Formasi ini terbentuk pada lingkungan laguna – litoral dengan tebal sekitar 700 meter. Rembesan aspal dijumpai pada satuan ini di buton bagian selatan. Formasi Wapulaka mempunyai hubungan tidak selaras dengan Formasi Sampolakosa di bawahnya.
Singkapan batugamping pasiran.


Hasil studi pada daerah Buton Selatan yang pernah dilakukan pada tahun 2007 menunjukkan batugamping pada formasi ini disusun oleh butiran yang terdiri dari ganggang hijau 5,33%, ganggang merah 1,55%, bryozoa 1,67%, Echinodermata 0,67%, foramiifera planktonik 1,00%, moluska 1,33%, dan fosil tak terperi 4,6%. Matriks berupa lumpur karbonat 60,00%, semen berupa kalsit 1,67% dan oksida besi 2,33%. Kristal kalsit 9,67%, keporian berbentuk gerowong 6,00% dan fenestral 4,67%. Berdasarkan deskripsi di atas maka batugamping tersebut adalah batugamping bioklastika wackstone.
Nikol sejajar
Nikol silang
Sayatan tipis batugamping bioklastika wakestone memperlihatkan beberapa fosil yang sebagian telah tergantikan. Tampak rongga gerowong akibat pelarutan. Pembesaran 40x.

Batuan tersebut merupakan batugamping biokalstika halus yang kadang memperlihatkan pengelompokan butiran karbonat. Koposisi butiran karbonat berupa fosil aneka ragam jenis dan ukurannya, seperti ganggang hijau, ganggang merah, bryozoa, molusca, echinodermata, dan foraminifera bentonik. Cukup banyak fosil tergantikan sehingga sulit diperi. Lumpur karbonat hadir sebagai komponen utama batuan dan sedikit tergantikan menjadi mikrosparit terutama pada bagian yang berdekatan dengan butiran. Rongga fenestral hadir cukup banyak, meskipun kurang terpola sejajar, dan rongga ini sebagian telah berkembang menjadi gerowong tidak teratur akibat pelarutan. Sistem keporian berupa rongga-rongga yang tersebar agak merata, ukuran mencapai 1,40 mm, bertipe fenestral yang berkembang menjadi gerowong.


Artikel terkait:
1. Stratigrafi Regional Pulau Buton
2. Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Sampolakosa)
3. Geologi Regional Pulau Buton (Formasi Tondo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar